Cerita pertama

          Alasan menulis cerita ini adalah aku takut lupa mengenai kenangan ini, terutama pada detail-detail rasa yang menyertainya. Takut pula hanya garis besar yang terpapar saat aku mengenangnya. Perjalanan ini adalah sebuah karunia mimpi kecil yang dipunyai. Menumbuhkan mimpiku seraya berjalan arungi kehidupan nyata. Tepisan-tepisan ketidak mungkinan dunia jadi sebuah rintangan. Mungkin tak sebesar orang lain kira, memang tidak. Mimpi yang hanya dipelupuk mata, tersirat hingga hati terdalam. Memang tidak seberharga orang lain pegang, tapi rasanya akan menjadi hal besar bagiku. Sebuah perjalanan singkat menemui berbagai manusia yang tak disangka akan menjadi saudara tak sedarah. Bagian kecil dari kebaikan semesta. Oh iya, perjalanan ini sekaligus menjadi kado yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya untuk diriku sendiri. Sekali lagi, selamat bertumbuh dan terimakasih untuk diriku sendiri.
          Tahun 2019 adalah tahunnya menabung bagiku, dua belas bulan sudah. Rasa-rasanya selalu menggebu-gebu saat itu. Membayangkan pergi jauh dari rumah, keluar dari nusantara. Sampai dinding kamarku tertempel peta dunia agar terus menerus ingin menjelajah. Atau melihat feed-feed diinstagram tentang keindahan-keindahan alam luar negeri. Andai aku punya pintu kemana saja pasti sudah ku jelajahi setiap jengkal semesta ini, haha.
          Perencanaan pun dimulai. Kala itu pada pertengahan bulan desember, dimana ujian akhir semester telah usai. Ada dua pilihan negara yang ingin ku tuju, Malaysia dan Thailand. Alasan memilih kedua negara tersebut karena disana ada temanku, sekalian bersilahturahmi maunya. Pertimbangan beberapa hari pun akhirnya jatuh pada pilihan negara gajah putih, Thailand. Negara yang tak pernah ku bayangkan akan ku kunjungi pertama kali. Tanggal keberangkatan yang aku pilih adalah tanggal 13 Februari sampai 17 Februari. Aku langsung menghubungi temanku yang ada disana, ia tinggal tepat di ibu kotanya, Bangkok. Perkenalanku dengan temanku berlangsung tidak sengaja, saat itu tahun 2017. Ia datang ke kantor tempatku bekerja untuk melakukan kunjungan. Kita bertukar Facebook saat itu, wajahnya lokal banget. Sampai aku tak tahu kalau dia bukan dari Indonesia. Aku hubungi dia lewat inbox di Facebook, aku jelaskan kalau aku ingin berkunjung ke negaranya. Seketika ia kaget, karena aku mengabarinya tiba-tiba. Meskipun begitu, ia sangat menyambutku bila aku datang kesana.
          Namun beberapa hari kemudian, temanku memberi kabar bahwa ia tidak bisa menemaniku berkeliling, hanya bisa bertemu saja karena dia sedang menempuh skripsi untuk gelar PhD, sedih sekali rasanya. Seketika aku mencari cara bagaimana aku bisa dapat teman disana, sekalipun berangkatnya sendirian. Aku termasuk orang yang agak takut dengan orang asing, takut kalau terjadi sesuatu seperti yang ada difilm-film, wkwk. Tapi salah satu teman ada yang menguatkanku, katanya sudah banyak orang-orang yang melakukan perjalanan sendiri atau solo traveling. Seketika aku gercep buka Youtube buat search tentang orang-orang ini. Ternyata memang sudah banyak orang-orang yang melakukan solo traveling ke berbagai negara termasuk ke Thailand. Entah sudah berapa kali aku memutar video itu untuk mencermati setiap detail perjalannya. Mulai dari tentang passport hingga selamat sampai pulang. Aku lupa nama Youtube channelnya, tapi kalau kalian search solo traveling Thailand pasti ketemu. Dalam video itu juga ada saran untuk mencari teman lewat suatu aplikasi yang bisa dicari di Google. Ada beberapa aplikasi yang aku temukan dan aku langsung unduh, salah satunya Couchsurfing. Dalam aplikasi itu kita bisa cari teman dari berbagai negara dengan tujuan traveling yang sama. Aku dapat dua teman dari aplikasi itu, satu dari Jakarta dan satu lagi dari India dengan tujuan ke Bangkok dengan tanggal dan hari yang sama. Aku merasa lega ada satu orang Indonesia yang aku kenal karena berbahasa inggrisku sangat basic sekali, wkwk. Baiklah, urusan mencari teman selesai.
          Aku belum punya passport sebelumnya, dan tentu saja aku harus membuatnya terlebih dahulu. Kantor imigrasi langsung ku tuju, dengan persiapan berkas-berkas yang telah ditentukan. Passport akan jadi tujuh hari setelah datang ke kantor imigrasi. Beres sudah perimigrasianku, haha. Lanjut ke tiket pesawat. Dalam perjalanan ini yang paling mahal salah satunya ditiket pesawat, aku membelinya tepat satu bulan sebelum keberangakatanku tanggal 13 Januari. Saat itu sore hari seusai aku bertemu temanku untuk berguru bahasa inggris di kolam renang salah satu hotel di Jalan Magelang. Karena kebetulan saja anaknya sedang les berenang di sana. Maskapai penerbangan yang ku pilih tentu saja Air Asia, memang tidak memungkiri ini adalah salah satu maskapai yang disukai backpaker karena tarifnya lumayan low budget dibanding maskapai yang lain, haha. Meskipun bagiku tetap saja mahal terasa. Aku sudah melakukan booking di aplikasi Air Asia sebelumnya, jadi tinggal bayar saja. Disana ada beberapa alternatif pembayaran hampir sama seperti di Shopee. Aku pilih pembayaran lewat Indomaret. Sepulang dari berguru aku langsung meluncur ke Indomaret terdekat, dan tentu saja masih di Jalan Magelang. Pembayaran tiket pesawat selesai, terlihat atas masuknya notifikasi di emailku. Tertera jelas nomor pesawat, jam penerbangan dan bandaranya. Aku pulang dengan perasaan agak lega sore itu.

Comments